Kamis, 09 April 2009

KUMPULAN TUGAS SEMESTER 5

Berikut ini adalah kumpulan tugas-tugasku pada semester lima. Tugas-tugas yang tak layak untuk dipamerkan. Akan tetapi, tugas ini merupakan cermin dari sebuah usaha untuk menggapai sebuah mimpi. Semoga saja tugas ini dapat menjadi kenangan yang tak terlupakan sampai kapanpun.

KAITAN SASTRA DAERAH DAN ILMU ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Kenyataan sosial yang terkandung dalam sastra diungkapkan melalui proses kreatif penciptanya. Dalam arti, apa yang dilihat, dirasakan, dan didengar oleh seorang pengarang, itulah yang diekspresikan dalam karyanya.
Sastra daerah adalah sastra yang eksis, tumbuh dan berkembang di suatu tempat (daerah tertentu) yang diekspresikan secara lisan (oral) maupun melalui tulisan, yang isinya merepresentasikan kompleksitas kehidupan masarakat lokal (daerah). Dengan demikian, memahami sastra daerah menuntut suatu pemahaman yang luas terhadap keadaan sosial masyarakat lokal (daerah). Hal ini berarti bahwa sastra daerah tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Jika dikaitkan dengan ilmu sosial yang pada dasarnya berusaha untuk menganalisis dan memahami masyarakat, perubahan sosial, dan kebudayaan, akan didapatkan suatu persingungan. Karena pada dasarnya, sastra daerah mencerminkan kompleksitas kehidupan masyarakat lokal (daerah).
Persingungan antara sastra—dalam hal ini sastra daerah—dan ilmu sosial mencerminkan bahwa sastra tidak berdiri sendiri. Begitu juga dengan ilmu-ilmu sosial akan selalu berusaha mengungkap kehidupan masyarakat, dan dalam usaha tersebut ilmu sosial selalu memerlukan data-data. Rudolf Mrazek (dalam Bandung Mawardi, 2008:4) dengan studinya mengenai teknologi dan nasionalisme di Indonesia, menyatakan teks-teks sastra menjadi referensi penting yang memungkinkan deskrispi dan analisis mengenai situasi zaman dan tanggapan terhadap perubahan sosial dan kebudayaan.
Berdasarkan pembahasan di atas, tampaknya menarik untuk dibahas keterkaitan antara sastra dan ilmu-ilmu sosial.. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas hubungan antara sastra daerah dan ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial yang akan dibicarakan dalam hal ini adalah ilmu sosiologi dan antropologi.
B.Masalah
Secara umum permasalahan dalam makalah ini adalah bagaimana hubungan antara sastra daerah dan ilmu sosial. Sedangkan submasalah penulisan makalah ini adalah:
1.Bagaimana keterkaitan antara sastra daerah dengan ilmu sosiologi?
2.Bagaimana keterkaitan antara sastra daerah dengan ilmu antropologi?
C.Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara sastra daerah dan ilmu sosial. Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara khusus tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.Mengetahui keterkaitan antara sastra daerah dengan ilmu sosiologi.
2.Mengetahui keterkaitan antara sastra daerah dengan ilmu antropologi.

BAB II
PEMBAHASAN

I.SOSIOLOGI
A.Pengertian Sosiologi
Secara etimologis, sesunguhnya istilah sosiologi berasal dari kata latin socius yang artinya kawan/ teman (dapat diartikan juga sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat), dan logos dari kata Yunani yang berarti kata atau pembicaraan sehingga akhirnya berarti ilmu. Hal ini diungkapkan pertama kali oleh August Comte dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” (1798-1857). Jadi, secara sederhana sosiologi adalah suatu ilmu tentang hubungan antara teman dan teman. Secara lebih luas, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.
Sehubungan dengan pengertian di atas, banyak ahli mencoba memberikan definisi tentang sosiologi, antara lain:
1.Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yakni kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya antara kehidupan ekonomi dan kehidupan politik.
2.Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
3.Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
4.Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Dari defenisi beberapa ahli di atas, dapat dikatakan bahwa sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan sesuatu segi khusus masyarakat. Ia terutama berhubungan dengan studi tentang interaksi dan interelasi antarmanusia, syarat-syaratnya dan akibat-akibatnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhan, bukan hanya pada satu unsur saja. Keseluruhan yang dimaksud berhubungan dengan keadaan sosial dalam masyarakat, mencakup hubungan antarmasyarakat dan produk kehidupan masyarakat.
B.Obyek Kajian Sosiologi
Obyek studi atau kajian sosiologi adalah manusia (manusia adalah multidimensi), namun sosiologi mempelajari manusia dari aspek sosial yang kita sebut masyarakat, yakni hubungan antarmanusia dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan tersebut. Istilah masyarakat sering digunakan untuk menyebut kesatuan hidup manusia, misalnya masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat Bali dan masyarakat lainnya. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas bersama. Adat istiadat : tata kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adapun ciri-ciri masyarakat, antara lain sebagai berikut.
1.Adanya manusia yang hidup bersama dalam ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih.
2.Adanya pergaulan (hubungan) dan kehidupan bersama antarmanusia dalam waktu yang cukup lama.
3.Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
4.Adanya sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Masyarakat dan kehidupan sosialnya menjadi objek sosiologi. Masyarakat merupakan suatu kesatuan, yang di dalamnya terjadi hubungan yang bersifat timbal balik. Berdasarkan objek tersebut, kemudian objek sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam meliputi obyek materi dan obyek formal. Objek materi dari sosiologi adalah kehidupan sosial manusia, dan gejala serta proses hubungan antarmanusia yang mempengaruhi kesatuan hidup bersama. Sedangkan obyek formal adalah ; pengertian terhadap lingkungan hidup manusia dalam kehidupan sosial, meningkatkan kehidupan harmonis masyarakatnya, meningkatkan kerja sama antarmanusia.
C.Hubungan Sosiologi dan Sastra Daerah
Sastra daerah merepresentasikan kehidupan masyarakat lokal (daerah). Berbagai persoalan kehidupan dalam masyarakat lokal tidak dapat dilepaskan dari lahirnya sastra daerah pada suatu masyarakat. Misalnya, dalam sastra melayu, banyak hal yang dapat diketahui berkaitan dengan kehidupan masyarakat Melayu pada masa lampau. Menurut Liaw Yock Fang (dalam Zachrun 2008:4), di dalam karya sastra Melayu masa lampau tercermin pengalaman hidup dan keadaan masyarakat pendukungnya sepanjang masa, di dalamnya tergambar keadaan geografisnya, manusia dan pemukimannya serta kesibukan sehari-harinya, serta perjalanan sejarah kaum dan bangsanya. Karya sastra itu membukakan dunia orang Melayu kepada kita gambaran alam pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, keadaan sosial masyarakat, kepribadian individu, hubungan antarindividu serta hubungan di antara individu dan masyarakat, dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Sastra adalah produk masyarakat. Ia berada di tengah masyarakat karena dibentuk oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosionil atau rasionil dari masyarakatnya. Jadi jelas bahwa sastra bisa dipelajari berdasar disiplin ilmu sosial juga, dalam hal ini sosiologi. Dengan demikian untuk memahami dan mempelajari sastra daerah, diperlukan sosiologi sebagai ilmu yang objeknya masyarakat dan kondisi sosialnya. Sebab, sastra daerah merupakan hasil karya (buatan) orang daerah, yang berada dan juga berkembang dalam masyarakat daerah.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dikemukan bahwa sosiologi dan sastra daerah memiliki suatu hubungan yang saling menunjang. Hubungan itu dapat dtemukan dengan melihat objek dari sosiologi dan hakikat dari sastra daerah itu sendiri. Batasan-batasan itu dipertemukan dalam kesimpulan sederhana bahwa sosiologi dan sastra memilki persamaan fokus: manusia dan masyarakat. Karena pada dasarnya sosiologi berusaha mempelajari masyarakat dari aspek sosialnya, sedangkan sastra daerah berurusan dengan manusia dalam masyarakat lokal (daerah) yang berkaitan dengan usaha manusia untuk menyesuaikan diri, dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu.
Sudah barang tentu semua ilmu mendasarkan pada kenyataan data-data. Dengan demikian dalam upaya sosiologi untuk memperlajari suatu masyarakat daerah dari aspek sosialnya, diperlukan data dan referensi yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat tersebut. Dari banyaknya data yang dapat digunakan untuk mendapatkan suatu pemahaman tentang kehidupan masyarakat, teks sastra dapat dijadikan data untuk mengungkap kenyataan-kenyataan sosial pada masyarakat daerah pada zaman tertentu. Teks sastra dapat dijadikan acuan yang memungkinkan suatu pembacaan imajinatif, yang membuat teori-teori sosial tidak kering dan kaku. Seperti yang dikemukakan Rudolf mrazek (dalam Bandung Mawardi 2008:5), bahwa teks-teks sastra menjadi referensi penting yang memungkinkan deskrispi dan analisis mengenai situasi zaman dan tanggapan terhadap perubahan sosial.
Jadi jelas bahwa untuk memahami sastra daerah, perlu suatu pemahaman yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat lokal (daerah). Misalnya, seseorang sosiolog berusaha untuk mempelajari kehidupan sosial masyarakat Melayu, Kapuas Hulu. Dalam hal ini sosiolog tersebut tentu memerlukan data-data untuk keperluan penelitiannya. Data-data tersebut dapat ia peroleh dari buku-buku yang secara khusus mengkaji kehidupan masyarakat Melayu Kapuas Hulu, dan melakukan observasi ke masyarakat setempat. Selain itu, ada suatu hal lagi yang dapat dijadikan data dan referensi oleh sosiolog tersebut, yaitu sastra daerah Melayu Kapuas Hulu, misalnya cerita Pak Aloy Berladang. Dalam cerita Pak Aloy Berladang, tergambar kehidupan sosial masyarakat Melayu yang selalu bersama-bersama membuka lahan untuk berladang. Mereka memulai kegiatan berladang, setelah ada kesepakatan bersama.
II.Antropologi
A.Pengertian Antropologi
Antropologi adalah satu di antara cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Secara etimologi kata, istilah antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi, tetapi pada sosiologi lebih menitikberatkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Sehubungan dengan pengertian di atas, banyak ahli mencoba memberikan definisi tentang antropologi, antara lain sebagai berikut:
1.William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3.Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi di atas, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dikatakan pula oleh Allan H Smith & John L Fischer (dalam Purwowibowo, 2007:32 ), bahwa banyak ilmu sosial mempelajari manusia, namun ilmu antropologi berusaha untuk melihat manusia dengan segala kompleksitasnya, atau manusia dengan segala aspeknya. Aspek-aspek itu menyangkut asal mula, perkembangan, sifat, dan ciri-ciri manusia serta kebudayaaannya.
B.Objek Kajian Antropologi
Sama halnya dengan ilmu sosial lainnya, antropologi memiliki objek kajian sendiri. Objek kajian antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya. Secara khusus, objek kajian antropologi yaitu:
1.Mempelajari manusia dari segi biologi misalnya, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya.
2.Mempelajari manusia yang berkaitan dengan materi-materi kebudayaan seperti misalnya, alat-alat hidup, perumahan, kesenian-kesenian, norma, perilaku dan lain sebagainya yang ada dalam masyarakat.
Berdasarkan dua objek kajian di atas, kemudian dikenal antropologi fisik dan antropologi budaya sebagai bagian dari ilmu antropologi. Kedua bagian ilmu antropologi terebut, kemudian dapat dijabarkan ke dalam beberapa jenis cabang disiplin ilmu, antara lain sebagai berikut.
1.Antropologi Fisik, mecakup paleoantrologi dan somatologi. Paleo antropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil. Sedangkan somatologi adalah ilmu yang mempelajari keragaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.
2.Antropologi budaya, mencakup etnografi, antropologi linguistik, dan foklor.
a.Etnografi, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai berbagai kebudayaan pada suatu masyarakat secara mendetail pada suatu kenyataan berupa aktivitas nyata masyarakat.
b.Antropologi linguistik, yaitu Ilmu yang mempelajari bahasa baik lisan maupun tulisan dari bangsa-bangsa di seluruh dunia. Antropologi linguistik juga mempelajari sejarah perkembangan bahasa dan hubungannya antara bahasa- bahasa itu dengan nilai budaya yang ada.
c.Foklor, yaitu Ilmu ini mempelajari kreativitas manusia, musik, drama, cerita rakyat, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kesenian.
Demikianlah objek antropologi yaitu manusia dan kebudayaannya. Sebagai ilmu sosial, antropologi dan sosiologi memiliki suatu kesamaan dalam objeknya, yaitu masyarakat. Sosiologi lebih pada aspek sosial masyarakat, yang mencakup pola hubungan antarmasyarakat, dan sistem sosial masyarakat. Sedangkan antropologi lebih mendasarkan studinya pada manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku, dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.

C.Hubungan Antropologi dan Sastra Daerah
Antropologi merupakan cabang ilmu sosial yang berusaha mempelajari budaya masyarakat etnis tertentu. Budaya dalam hal ini dapat dibatasi pada pengertian yang dikemukakan oleh Dr. Sady Telaumbanua (2006), bahwa budaya adalah sebuah aktivitas, respon, jawaban atas persoalan hidup sekaligus sebagai pedoman, arah, kompas dalam bertindak dan berperilaku. Dengan demikian, dalam usahanya mempelajari budaya suatu masyarakat, antropologi memerlukan berbagai data yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang dipelajarinya. Data-data tersebut dapat ditelusuri atau dilacak malalui observasi langsung dan mengumpulkan hasil-hasil peninggalan leluhur, misalnya melalui sastra daerah.
Sastra daerah adalah hasil karya (buatan) orang daerah. Fungsinya, selain sebagai saluran untuk memelihara dan menurunkan buah pikiran suku yang mempunyai sastra itu, juga cerminan alam pikiran, pendangan hidup, serta ekspresi rasa keindahan masyarakat pemiliknya. Dengan demikian, sastra daerah dapat menjadi sumber penting antropologi untuk mempelajari suatu masyarakat. Selain itu, hal ini juga diperjelas dengan adanya foklor sebagai bidang ilmu antropologi budaya, yang mempelajari kreativitas manusia, musik, drama, cerita rakyat, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kesenian.
Berikut ini sebuah ilustrasi yang menggambarkan bagaimana kaitan sastra daerah sebagai data dengan ilmu antropologi yang berusaha untuk mempelajari budaya suatu masyarakat:
Seorang antropolog ingin mempelajari kebudayaan masyarakat suku Dayak Kayan. Dalam melakukan studinya, antropolog itu memanfaatkan sastra daerah yang dihasilkan oleh suku dayak Kayan, yang berbentuk syair, yaitu syair Lawe. Syair Lawe adalah syair agama yang diagungkan oleh suku Kayan di Kalimantan dan Serawak. Syair ini mengambarkan kehidupan, godaan-godaan, dan kemenangan dari seorang dewa bernama Lawe di dunia atas atau alam baka, dunia tempat tinggal orang-orang yang sudah mati. Selain itu, dari syair Lawe ini, setidaknya dapat diketahui bahwa mayarakat suku Dayak Kayan memiliki suatu pandangan terhadap roh orang yang meninggal. Mereka percaya bahwa para roh mempunyai bumi sendiri, seperti bumi manusia, tetapi tidak tampak (seperti bumi rohaniah seperti roh-roh itu juga).
Sebagai referensi dan data bagi antropolog untuk mempelajari masyarakat suku dayak Kayan, syair Lawe menrcerminkan kebudayaan masyarakat Kayan. Misalnya, budaya masyarakatnya yang hidup bersama di suatu tempat yang disebut rumah panjang. Berikut ini kutipan syair Lawe pada bagian Rumah Rakyat.

“Pindahkanlah bicara
ke dalam rumah sana,
rumah empangan tanjung naga,
rumah yang pindah kemudiannya,
rumah tanjung nanga air kepunyaan iting luno.”

“Layangkanlah pandangan
ke serambi muka Pahlawan,
layangkanlah pandangan ke serambi muka Balaan,
serambi muka Iting Luno.” (Ding Ngo, 1984:17)

Kutipan dua bait syair Lawe pada bagian Rumah Rakyat, pada dasarnya menggambarkan bahwa masyarakat Kayan dalam sehari-harinya tinggal di suatu tempat yang dikenal dengan nama Rumah Panjang. Rumah tersebut mereka bangun bersama-sama dan menjadi tradisi bagi masyarakat Kayan. Seperti yang diungkapkan oleh Ding Ngo pada bagian Keterangan (1948:211-212), “Rumah orang Kayan dulu terbagi dua; dengan penyekat atau dinding di antaranya; sebagian tertutup dengan dinding dan pintu (bagian belakang), yang bilik atau serambi dalam, di mana orang tinggal, memasak, makan, tidur dsb; dan dalam bilik hipi (raja) terdapat kamar-kamar;…Inilah rumah sebuah keluarga (yang dapat menampung satu atau dua keluarga lain); rumah yang demikian disambung-sambung menjadi rumah panjang atau rumah betang, untuk keperluan umum;” Kebudayaan masyarakat Kayan yang terungkap dalam syair Lawe,selain yang tersebut di atas adalah kebudayaan bercocok tanam (berladang). Setiap tahun,orang Kayan selalu berladang. Berikut ini, kutipan bait syair Lawe
.
“Bagaikan lenggang topeng pulai hutan,
yang gembira akan permulaan tahun buah-buahan,
lenggang Baginda tertelan udang bengawan,
melenggang di serambi muka Nanga burakkeputihan,
mereka akan turun dari rumah di tanjung nanga Leno.”

"Bagaikan lenggang topeng pepeya,
yang gembira akan permulaan tahun yang kena
lenggang seri baginda,
ia melenggang menjurus ke ujung rumah sana,
rumah tanjung nanga,
rumah tanjung nanga air, tanjung nanga Leno." (Ding Ngo, 1948:61-62)
Kutipan bait syair Lawe di atas, setidaknya mengambarkan bahwa orang Kayan melakukan perayaan khusus saat musim berladang tiba (tahun buah). Pada bagian keterangan, Ding Ngo (1948:229) mejelaskan “Tahun buah boleh dibilang sama dengan tahun padi, yaitu pada bulan Agustus menanam padi dan bulan Desember mulai makan padi baru, dan mulai makan buah juga. Untuk memulai berladang (menugal) ditetapkan waktu yang sama dan dilakukan pada waktu yang sama di setiap kampung. Untuk itu orang mempergunakan bintang pengukur tanah atau bintang tiga dalam orion. Dini hari ia nampak di timur. Orang mengangkat tangan yang bergelang di pergelangannya. Kalau gelang itu turun ke siku, itulah waktu yang dipergunakan untuk mulai menugal.”

IIustrasi di atas dapat menjelaskan bahwa sastra daerah--misalnya syair Lawe--menggambarkan kehidupan budaya suatu masyarakat yang sejak dulu sudah dilakukan dan diyakini sebagai suatu tradisi. Dengan demikian seorang antropolog setidaknya dapat menjadi sastra daerah sebagai suatu referensi dalam mempelajari kebudayaan sautu masyarakat. Selain itu, ilustrasi di atas juga memberikan pemahaman bahwa untuk memahami sastra daerah diperlukan pengetahuan tentang masyarakat daerah yang menghasilkan karya tersebut. Karena, pada dasarnya sastra daerah merupakan cerminan kompleksitas kehidupan masyarakat lokal (daerah).

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1.Sosiologi adalah suatu telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat serta tentang sosial dan proses sosial. Sosiologi menelaah tentang bagaimana masyarakat itu tumbuh dan berkembang.
2.Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
3.Dalam bidang antropologi budaya, tercakup foklor sebagai cabang ilmunya. Foklor adalah Ilmu yang mempelajari kreativitas manusia, musik, drama, cerita rakyat, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kesenian. Hal ini menandai bahwa sastra daerah merupakan satu di antara objek studi dari antropologi.
4.Untuk, memahami sastra daerah menuntut suatu pemahaman yang luas terhadap keadaan sosial masyarakat lokal (daerah). Hal ini berarti bahwa sastra daerah tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan dengan menggunakan disiplin ilmu lain, misalnya sosiologi dan antropologi.
5.Antropologi dan Sosiologi dalam studinya tentang masyarakat dalam aspek sosial dan budaya, memerlukan data atau referensi sebagai acuan atau dasar untuk memahami keadaan suatu masyarakat. Data tersebut satu di antaranya adalah sastra daerah.

B.Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukan di atas, maka perlu dikemukakan saran sebagai berikut:
1.Semoga makalah ini dapat menjadi bahan diskusi yang menarik, berkaitan dengan hubungan sastra daerah dan ilmu-ilmu lainnya.
2.Sastra daerah merupakan kekayaan yang dimiliki suatu daerah, yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan masyarakat lokal (daerah). Oleh karena sudah selayaknya sastra daerah terus dikembangkan.
3.Semoga makalah ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pembuatan makalah selanjutnya, yang berkaitan dengan hubungan sastra daerah dan ilmu lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2008. Sastra Lisan dalam Budaya dan Seni Melayu Klasik. (Online). http://melayuonline.com (diakses tanggal 10 Oktober 2008).

Long, S. Lii’ dan Ngo, A.J Ding. 1984. Syair Lawe (Bagian Pendahuluan). Yogyakarta: Gadjah Mada university Press.

Pusat Bahasa/Sugono, Dendy (ed).2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa/ Depdiknas.

Sumardjo, Yakob.1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta:
Nur Cahaya.

Wikilpedia Bahasa Indonesia. 2006. Antrpologi. (Online). www.usu.ac.id/ (diakses tanggal 17 Oktober)

Wikilpedia Bahasa Indonesia. 2006. Sosiologi. (Online). www.usu.ac.id/ (diakses tanggal 17 Oktober)