Minggu, 24 Juli 2011

Cintaku Laksana Sepotong Roti


Sebongkah penyesalan datang menghampiri. Aku sendiri sadari itu di hati. Berulang kali kucoba melawan rasa ini, tapi kutak sekuat yang kuingini. Kesalahan ataukah kecerobohan, aku sendiri tak pahami. Kubiarkan semuanya mengalir, hingga gundah terpatri di sanubari.
Tanpa kusadari, beberapa cinta telah kumiliki. Aku seakan tak memercayai semua ini. Sedikit demi sedikit, aku semakin paham memainkan peran ini. Aku semakin terbiasa dengan apa yang sedang kujalani. Walaupun aku sendiri tahu ini tak sejalan dengan apa yang dinamakan dengan cinta sejati.
Kenyataan yang sedang kuhadapi seperti sebuah mimpi. Aku seolah berada dalam lingkaran waktu yang tak pernah terpikirkan selama ini. Aku bebas memilih cinta yang kuingini. Satu per satu, gadis kumiliki. Aku memang terkesan hebat untuk saat ini.
****
Saat ini, asa cinta di hatiku laksana sepotong roti. Aku bebas membelinya kapan pun kuingini. Aku pun bebas untuk membuangnya kapan pun kuhendaki. Semuanya terasa sangat mudah, lumrah, dan sungguh menggiurkan hati. Aku kian berfantasi.
Bayangan masa lalu, seakan tak pernah kupikirkan lagi. Album kenangan pahit tentang cintaku itu telah kukubur mati. Saat ini, cinta yang kudapati kubiarkan terjadi seperti yang kukehendaki. Aku sadari, inilah waktu untuk kujalani. Inilah saat yang tepat, saat-saat yang dulu sangat kuhendaki, tapi tak pernah kudapati.
****
Dalam sebuah perenungan di hati, aku mulai sadari. Cintaku kini bukanlah cinta sejati. Semuanya hanya pelampiasan dan pembalasan atas apa yang pernah kualami. Aku sesungguhnya belum dapat menentukan pilihan hati. Aku hanya terbawa cinta sesaat di hati. Unsur duniawi tak dapat kuhindari.
Kesadaranku akan kesalahan ini, harus segera kuakhiri. Aku tak mau lagi mempermainkan dan menyia-nyiakan bahnya hati. Tapi, aku sendiri pahami. Semuanya tak akan mudah untuk kulalui. Aku mungkin harus merelakan semua cinta itu pergi. Hingga suatu saat nanti, kutemukan satu cinta yang pasti. Cinta laksana matahari.
Pontianak, 20 Juli 2011