Selasa, 20 April 2010

CERITA LEPAS


Intuisi di Saat Sepi:
Mengalahkan Kegundahan (1)
Jika sedang gundah, aku paling senang duduk menyendiri. Seperti malam ini. Sepulang dari kantor, aku tak langsung ke rumah. Aku singgah di taman alun-alun kapuas. Korem, itulah nama kerennya. Kuparkirkan motorku, kemudian melangkah masuk ke dalam.
Aku berjalan, mengamati dagangan kaki lima yang ada di sekitar jalan. Berbagai barang mereka jajakan. Aku sempat singgah sebentar, untuk melihat dagangan itu. Setelah itu, aku melangkah lagi. Aku berhenti di pagar besi, tepat di hadapan sungai kapuas. Di situlah tempat perhentianku.
Aku sungguh menikmati suasana nyaman itu. Angin malam membelai tubuhku, seakan membuang sejenak penat hatiku. Apalagi saat itu, perasaan gundah sedang menerpaku. Mataku menyisir pantai Kapuas. Memandangi gemerlap lampu di seberang sana. Sesekali, aku pun bernyanyi. Menyenandungkan suasana hatiku. Entah apa lagu yang kunyanyikan. Kata-kata keluar begitu saja dari mulutku.
Malam bertambah malam, suasana semakin ramai saja. Orang-orang lalu lalang di sekitarku. Ada keluarga yang tampak sangat ceria. Ada sepasang kekasih yang tampak mesra. Matakupun tertuju ke sepasang kekasih itu. Aku iri dengan kemesraan mereka. Kemesraan yang tak pernah kudapatkan. Sejenak kuberpikir. Andai saja aku dapat merasakan apa yang sedang mereka rasakan. Tapi, rasanya tak akan mungkin. Tak akan mungkin untuk kurasakan. Oleh karena aku terlalu apatis tentang hal itu. Tak seorang gadispun menginginkan aku.
Pikiranku pun cepat kualihkan. Kunikmati saja suasana yang sedang kurasakan. Tak ingin aku terus memikirkan hal seperti itu. Sudah terlalu sering aku sakit hati.
Setelah kucukup puas dengan apa yang kurasakan, aku pun pulang. Aku melangkah pergi dengan suatu kepastian di hati. Ada hal yang kudapatkan malam ini. Kutak harus terus berada dalam gundahku. Aku harus melawan dan mengalahkan pikiranku. Segala pikiran yang membuatku terjatuh. Meski sendiri dan tak ada yang peduli--apalagi menemaniku seperti malam ini--, aku harus tetap bertahan. Bertahan mengalahkan kegundahan yang tak pernah pergi. 
19 April 2010

Intuisi di Saat Sepi:
Jatuh Hati Lagi…
Jatuh hati, itu yang sedang kualami. Aku menaruh rasa pada seorang gadis. Tapi, sampai saat ini tak sedikitpun aku berani untuk mengungkapkannya.
Dia, begitu aku menyapanya (kusebut saja namanya “Dia” dalam tulisan ini, kutakut tuk menuliskan nama yang sebenarnya). Perkenalan itu berawal dari rasa ketertarikanku. Jujur, aku telah lama tertarik padanya. Ketertarikan itu pulalah yang membuatku memberanikan diri berkenalan dengan Dia. Walau, awalnya lewat handpone. Tapi, akhirnya aku dapat menunjukkan keberanianku secara langsung.
Setelah perkenalan itu, aku sering menghubunginya. Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Mengenal pribadinya. Tak hanya itu, kuingin menunjukkan bahwa aku tertarik padanya. Tapi, entah apa ia tahu tentang itu. Aku pun tak mau tahu, yang penting sudah berjuang untuk mendekatinya.
Setelah kulewati semuanya, kupahami dengan hati, kusadari jika aku memang jatuh hati pada Dia. Dia sosok yang religius. Sosok yang baik, sederhana, ramah, dan sopan. Itulah hasil refleksiku. Aku ingin mengenalnya lebih jauh, meski itu membuatku sangat pedih. Aku takut jika harus terlewatkan oleh waktu. Hingga aku harus kehilangannya.
Aku memang telah jatuh hati. Dia memang sosok idolaku. Perasaanku tak dapat aku bohongi. Sejak pertama kulihat dirinya, aku merasakan perasaan yang begitu berbeda. Tapi, aku bingung. Apa Dia merasakan perasaan yang kurasa? Suatu pertanyaan yang sulit kujawab. Sampai kutuliskan ini, aku masih terus berharap dan menanti saat-saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Semoga saja, Tuhan berkehendak sama denganku. Aku ingin menjadikan ia sebagai pendamping hidupku. Hari ini dan yang akan datang.
Tulisan ini memang sedikit bodoh bagi sebagian orang. Tapi, tak apalah. Terpenting bagiku adalah bagaimana aku dapat menumpahkan perasaanku. Sebuah perasaan yang tak baik untuk dipendam. Jika saja Dia membaca tulisan ini, entah apa yang harus kukatakan. Aku hanya berharap padanya untuk jangan membenciku, karena aku sendiri tak paham dengan perasaanku. Kali ini, aku benar-benar jatuh hati lagi.
23 Maret 2010
Telah Berakhir
Ini adalah curahan hati yang sering tersakiti. Kadang kala, terasa lemah hati ini untuk terus menapaki jalan hidupini. Untuk kesekian kalinya aku gagal untuk mendapatkan pendamping hatiku.
   Setiap hari aku terpikiran akan keadaan yang sebenarnya sedang aku alami. Aku kagum pada diriku. Kekaguman itu mungkin adalah suatu kebodohan bagi orang lain. Aku gagal untuk mencintai, tapi tak pernah malu untuk melakukannya. Itulah, yang membuatku kagum pada diriku.
  Cintaku memang tak pernah terbalas. Hampir segalanya akan dan sudah aku lakukan. Hanya satu, untuk memastikan pada gadis impianku bahwa aku memang benar-benar jatuh hati padanya. Tapi, semuanya tak pernah dipedulikan. Aku tersudut dalam kesepianku.
  Sampai saat ini, aku hanya bisa merenung. Merefleksikan apa yang telah aku alami. Aku akan tetap berusaha untuk berdiri, menapaki setiap tanggal hidup ini. Meski terjatuh, aku akan mencoba. Aku tak harus lagi patah hati. Mungkin akan tiba saatnya bagiku.
23 Juni 2010



Tidak ada komentar: