Senin, 30 Agustus 2010

Bingung Ah, Mbak atau Bang???

    Suatu hari, aku bergegas pergi dari rumah. Aku ingin mewujudkan keinginanku. Keinginan yang telah lama aku tahan-tahan selama ini. Aku harus menggunting rambutku. Maklumlah, belakangan ini aku merasa jika rambutku terlalu panjang dan sedikit terlihat norak. Karena itu, terkadang aku merasa tak percaya diri saat berhadapan dengan orang lain.
     Dalam perjalanan, aku bingung memilih salon mana yang tepat untuk menggunting rambutku. Ada satu salon yang pernah kukunjungi beberapa waktu yang lalu. Ingin ke situ, tapi aku malas. Soalnya, pelayanan di salon itu tak memuaskan. Akhirnya, aku pun memutuskan untuk pergi ke salon yang tak jauh letaknya dari tempat kerjaku. Aku pernah sekali ke salon itu. Waktu itu aku hanya mengantar temanku.
    Sampai di salon itu, aku disambut oleh seseorang. “Bang, potong rambut,” kataku. Orang itu kemudian balik bertanya, “Model apa?” Kujawab, “Model Mohak.” Mohak adalah model yang cukup familiar bagi rambutku. Ciri khas dari model ini adalah rambut di tengah dibuat berdiri. Samping kiri dan kanan dipotong tipis. Ya, seperti model rambut David Beckham saat masih berkostum Real Madrid.
     Tak ada yang salah, saat orang itu mulai menggunting rambutku. Aku hanya diam. Begitupun dengan orang itu. Ia terlihat begitu cermat memperhatikan model rambutku. Bagian demi bagian ia gunting. Setelah lama diam, orang itu kemudian bertanya. “Tinggal di mana?”
Aku kemudian menjawab, “Tinggal di sekitar ini Bang.”
Orang itu kembali bertanya, “Masih sekolah kah?”
“Masih Mbak,” kataku.
    Setelah perbincangan singkat itu berlangsung, aku kemudian berpikir sejenak. “Wah, aku manggil apa. Mbak atau Mas ya?” Pertanyaan itu terlintas dalam pikiranku. Aku pun merasa tidak nyaman. Masalahnya, bukan hanya sekali aku tak konsisten dalam mengucapkan itu. Hampir lima kali. Aku jadi salah tingkah. Jangan sampai orang itu marah, mendengar aku memanggil dia dengan dua sebutan yang tak karuan itu.
     Untung saja, sampai rambutku selesai dipotongnya, rasa takutku itu tak benar-benar terjadi. Orang itu enjoy aja dengan itu. Ia asyik berbincang. Malah memintaku untuk main-main ke salonnya. “Ya, kalau sempatlah,” jawabku atas permintaanny.
     Setelah bertolak dari salon itu, aku menuju kantorku. Di kantor aku berpikir. Wah, jadi serba salah kalau sudah ke salon. Mau manggil tukang gunting itu dengan panggilan Mas, takut salah. Habis, sikap dan tutur katanya menyerupai wanita. Mau manggil dia Mbak, tampaknya nyata jika fisiknya menyerupai lelaki sejati. Ah, aku jadi bingung. Dunia ini semakin aneh….He….He…wkkwkwkwkwwkwkwkkww
25 Agustus 2010

Tidak ada komentar: