Selasa, 15 Juni 2010


Frisna Virginia: Dara Gawai Tahun 2010
Berawal dari Keinginan Besar untuk Belajar

Pribadinya penuh dengan pesona. Berbicaranya terbuka, apa adanya. Dari paras cantiknya, terselip sebuah karakter bersahabat yang kuat. Sebuah jiwa muda yang penuh dengan keramahan. Ramah dalam bersikap, ramah dalam tutur kata. Itulah yang tampak dari sosok Frisna Virginia. Ia adalah satu di antara gadis Dayak yang memiliki potensi dan bakat besar untuk berkembang. Karena potensi dan bakat itu jugalah yang mampu menghantarkannya menyandang gelar Dara Gawai tahun 2010 Provinsi Kalimantan Barat. Sebuah prestasi sekaligus beban yang harus diemban untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan Dayak di era globalisasi ini.
Dapat menjadi seorang Dara Gawai tak pernah ada di dalam benak Frisna Virginia sebelumnya. Tapi, berkat adanya suatu kesempatan serta keinginan besar untuk mencoba dan belajar, akhirnya hal itu dapat terwujud. “Waktu itu saya baru masuk sanggar. Ada ajakan untuk ikut kontes Dara Gawai. Awalnya saya takut. Tapi, setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya jika saya belajar dan mencoba untuk mendapatkan pengalaman baru,” kata gadis kelahiran Pontianak, 14 Okteber 1990 ini kepada KR saat ditemui di tempat kuliahnya.
Tak hanya untuk mendapatkan pengalaman baru. Tapi, ada satu motivasi yang membuatnya bersemangat untuk mengikuti kontes Dara Gawai tahun 2010. Ia ingin mengenal dan ikut serta dalam usaha melestarikan budaya Dayak di Kalbar. Itulah yang menghantarkannya pada satu keyakinan untuk ikut dalam kontes tersebut. “Saya termotivasi untuk mengenal budaya Dayak lebih jauh. Dan ingin memperkenalkan dan melestarikan budaya Dayak di Kalbar kepada masyarakat di luar Kalbar,” kata gadis yang sejak SD, SMP, hingga SMA menempuh pendidikan di Sekolah Gembala Baik Pontianak.
Dalam mengemban gelar Dara Gawai tahun 2010, ada beban tersendiri yang dirasakannya. Menurut anak dari Drs. Mengky Gunawan dan Herlina Acu Sumarta ini, setelah menjadi Dara Gawai, ia harus pandai-pandai dalam menjaga sikap. Ia juga harus banyak lagi belajar tentang budaya Dayak. “Kan malu, kalau seorang Dara Gawai tidak tahu tentang budaya orang Dayak. Itulah beban yang dirasakan setelah menjadi Dara Gawai.” katanya.
Sebagai Dara Gawai, tentu ada peran penting yang harus dilaksanakan. Menurut gadis yang sering disapa Frisna ini, menjadi Dara Gawai, harus paham seluk beluk budaya Dayak. Karena, Dara Gawai berperan penting dalam upaya memperkenalkan budaya Dayak yang ada di Kalbar ke masyarakat luar. “Peran seorang Dara Gawai adalah memperkenalkan budaya Dayak yang ada di Kalbar, sehingga orang kenal budaya orang Dayak. Dengan memperkenalkan, berarti juga melestarikan nilai-nilai budaya orang Dayak yang begitu luhur. Begitu juga dengan objek wisata yang ada di lingkungan orang Dayak yang sebetulnya banyak, tapi belum dimanfaatkan dengan baik” katanya.
Dalam pandangan gadis yang saat ini masih menempuh pendidikan di FKIP Universitas Tanjungpura ini, budaya orang Dayak penuh dengan nilai luhur, keunikannya, dan keindahan. Ia mencontohkan seperti manik dan baju adat, yang merupakan hasil karya kerajinan orang Dayak. Karya kerajinan itu penuh dengan nilai luhur yang besar artinya bagi orang Dayak. Nilai-nilai itu yang diharapkan terus ada dan menjadi pedoman bagi kehidupan orang Dayak. Karena itulah, upaya pengembangan dan pelestarian nilai budaya orang Dayak harus tetap dilakukan dari waktu ke waktu.
Pengikisan nilai-nilai budaya Dayak dewasa ini terus terjadi. Dari berbagai segi, hal itu terjadi. Seperti saja, perusakan lingkungan oleh masyarakat setempat maupun oleh pihak luar dengan dalih tertentu. Padahal, lingkungan merupakan penopang utama kebudayaang orang Dayak. Hal itu jugalah yang diakui oleh Frisna. “Seharusnya, hal itu tidak terjadi. Mulai dari masyarakat harus sadar. Perlu juga kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Jangan sampai ada pihak yang dirugikan,” kata gadis yang sejak kecil bercita-cita menjadi penyanyi ini. Menurutnya, pembangunan yang dilakukan tidak harus berorientasi pada jangka pendek saja, tapi perlu melihat dampaknya di masa yang akan datang.
Tugas sebagai Darai Gawai, untuk memperkenalkan budaya Dayak bukanlah hal mudah. Apalagi di zaman ini, yang penuh dengan unsur kemodernan. Tapi, menurut gadis pengidola berat penanyi Ruth Sanaya ini, semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Upaya tersebut dapat dilakukan misalnya dengan mengenakan pernak-pernik Dayak dan baju adat Dayak di acara-acara resmi tertentu. Pemahaman terhadap makna dari produk-produk yang dikenakan itu juga penting untuk dikuasai. Jika paham maknanya, akan mudah dalam mengenalkannya kepada orang lain. “Jika kita paham tentang budaya kita sendiri, kita akan mudah untuk mengenalkannya,” kata gadis penyuka musik jenis klasik ini.
“Sekarang, anak-anak muda tidak mau mengenal budayanya sendiri. Mereka terkadang malu mengenakan pernak-pernik Dayak,” kata Frisna. Karena itu, ia berharap generasi muda Dayak untuk tidak malu dan mau belajar mengenal budayanya sendiri. “Semuanya harus mulai dari diri kita sendiri. Jangan pernah malu mengenakan hasil kerajinan orang Dayak. Dengan demikian, budaya Dayak akan akan tetap ada dan tidak akan punah,” harap kakak dari Ryan Arista Oktora, Mevil Aditya, Rizky Olivier,  dan Marco Regusta ini.
Di balik kesuksesannya menyandang gelar Dara Gawai tahun 2010 Provinsi Kalbar, banyak pihak yang telah turut serta dalam mendukungnya.  Karena itu, ia sangat berterima kasih kepada orang tuanya, yang selalu mendukungnya. Begitu juga kepada Ketua Sanggar Borneo Tarigas, yang telah dengan tulus membimbingnya. “Pertama, tentu terima kasih kepada Tuhan Yesus. Orang tua, ketua dan teman-teman dari sanggar Borneo Tarigas, dan tentu juga teman-teman kuliah,” pungkas Frisna dengan senyum khasnya.

BIODATA
Nama: Frisna Virginia
TTL: Pontianak, 14 Oktober 1991
Agama: Katolik
Pendidikan:  SD : SD Gembala Baik Pontianak, Tahun 1998
               SMP  : SMP Gembala Baik Pontianak, Tahun 2003
              SMA  : SMA Gembala Baik Pontianak, Tahun 2006
             Kuliah : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untan, Tahun 2009
Sanggar: Borneo Tarigas
Hobi: Menyanyi
Cita-cita: Penyanyi
Orang Tua: Ayah : Mengki Gunawan, Ibu          : Helina Acu Sumarta
Saudara: 1. Ryan Arista Oktora,      2. Richard Novi Aditya, 
             3. Rizky Olivier,               4. Marco Regusta
Prestasi: 1. Juara I Lomba Bintang Radio Pontianak Jenis Lagu Seriosa.
             2. Juara Favorit Bintang Pelajar Kategori Penyanyi Solo Tahun 2005.
             3. Mewakili Kalbar untuk Menyanyi di Istana Negara pada Upacara 17
                 Agustus 2008.
                          4. Dara Gawai Tahun 2010 Provinsi Kalimantan Barat.
Maksi Hajaang

Tidak ada komentar: